Semangat Perempuan untuk Bantaeng

BANTAENG BAGAIKAN anak gadis yang sudah mulai pintar bersolek, kecantikannya mulai terkenal kemana – mana, bukan hanya di negeri ini saja, tetapi sampai ke luar negeri. Ini adalah prestasi yang membanggakan dan saya sangat mengapresiasi berbagai kemajuan yang telah terukir dengan indahnya di kota kelahiran saya ini.

Bantaeng merupakan tanah di mana para leluhur saya dilahirkan dan kemudian membuat denyut peradaban hingga saat ini. Namun saya khawatir jika kecantikan ini akan memudar seiring waktu. Kita butuh memperkuat pondasi dengan mengenal dan menanamkan sejak dini akan semua kearifan lokal yang tanah kita ini miliki sejak dahulu. 

Salah satunya adalah dengan mengenal sejarah. Bangunan yang tinggi menjulang tidak akan bertahan lama dan selamanya jika nilai – nilai yang merupakan tiang penyanggahnya lemah. Yang bisa mengokohkan tiang itu adalah nilai – nilai luhur dari para leluhur kita terdahulu. Saya akan mempersempit pembahasan kita pada sosok perempuan Bantaeng, karena kebetulan saya seorang perempuan yang selalu bangga dan bersyukur ditakdirkan oleh Tuhan sebagai salah seorang perempuan Bantaeng. 

Perempuan adalah penyokong bangunan yang memiliki posisi paling krusial dalam pembangunan. Contoh yang paling dekat adalah dalam keluarga, posisi dan peran perempuan adalah sebagai tiang keluarga. Kaum perempuanlah yang akan melahirkan, membesarkan dan mendidik generasi penerus. Bahkan kualitas sebuah bangsa sangat ditentukan oleh kualitas kaum perempuan, sehingga mau tidak mau, setuju atau tidak setuju kaum perempuan harus meningkatkan kualitas pribadinya masing – masing.

Tidak mungkin akan terbentuk keluarga yang berkualitas tanpa meningkatkan kualitas perempuan. Kualitas pendidikan perempuan juga merupakan aspek yang sangat dianggap penting bagi pembangunan bangsa. Kaum perempuan harus berusaha meraih jenjang pendidikan setinggi mungkin, dengan pendidikan perempuan akan tahu banyak tentang kesehatan dan kehidupan sosial yang bisa menunjang kualitas pribadinya. Kemajuan peradaban sangat didukung oleh kualitas perempuan dalam sebuah daerah.

Mari kita menengok karakteristik perempuan Bantaeng menurut ajaran para pendahulu. Dalam khasanah budaya Bantaeng, seorang calon istri dianggap berkualitas tinggi jika ia memiliki tiga karakter yaitu: labbiri, mangkasa dan macca. Ketiganya merupakan karakteristik perempuan Bantaeng pada umumnya yang sudah merupakan ajaran yang harus diwariskan.Dalam konteks hubungan suami istri, ajaran ini mengajarkan bahwa seorang istri harus mampu membuat suaminya betah dirumah sekaligus membuat suaminya bangga karena memilikinya.

Labbiriartinya anggun, elok budi pekertinya, sehingga indah dipandang mata. Dalam karakter ini diharapkan perempuan Bantaeng mampu memperlihatkan kearifan budi pekertinya, dalam bersikap, berkata dan bergaul dengan orang lain. Keindahan lahir dan bathin akan tampak pada perempuan yang memiliki karakter labbiri. Kedekatannya pada Tuhan akan mempengaruhi seorang perempuan bisa memiliki karakter labbiri’. 

Hal ini merupakan kewajiban pokok yang harus dimiliki sebagai bentuk perwujudan bakti kepada keluarga besar, dengan demikian kapan dimana pun perempuan itu berada, dan dengan siapa dia bertemu, dia akan tetap menjaga nama baik keluarganya.

Mangkasa
artinya bersih dan terawat. Di sini perempuan Bantaeng diharuskan agar bisa merawat diri, merias diri ataupun berbusana yang sebaik – baiknya agar senantiasa tampak cantik, menarik dan mempesona.Karakter ini menitik beratkan pada penampilan fisik seorang perempuan yang juga merupakan kewajiban pokok yang harus dijaga sebagai bentuk perwujudan bakti dalam melayani suami. Dengan demikian, jika perempuan selalu tampak menarik, ia akan membuat suami betah tinggal dirumah.

Sedangkan Macca artinya pandai, cakap dan telaten. Di sini perempuan diharuskan untuk bisa pandai dan cakap dalam segala hal. Dalam sebuah keluarga istri adalah orang yang selalu dituntut untuk bisa mengurusi semua hal di dalam rumah, tentu saja dengan pengetahuannya tentang berbagai hal dan kecakapannya menyelesaikan segelumit pekerjaan rumah bisa membuat perempuan itu telaten. 

Mulai dari mengurusi dapur yang
mengharuskan perempuan untuk pandai dalam memasak, dalam hal ini kepandaian memasak tidak hanya mengolah dan menyediakan makan dan minum, tetapi juga mengatur anggaran belanja dengan sebaik-baiknya. Cekatan dalam membuat hidangan juga menjamu tamu adalah hal yang penting juga buat perempuan macca ini.

Selain memasak, juga mengurus rumah tangga dan anak – anak nya, perempuan juga tidak hanya sekedar mengandung, melahirkan, dan menyusui saja tetapi juga menjaga, memelihara, dan telaten mendidik anak. Membekali anak – anak dengan berbagai pengetahuan juga dituntut pada seorang ibu, mulai dari pengetahuan agama, berhitung, membaca dan mengaji. Jadi seorang Ibu adalah guru buat anak – anak nya. Tentu saja disini perempuan harus bisa membekali dirinya dengan berbagai macam ilmu pengetahuan.

Ibu adalah jendela pertama bagi seorang bayi dan menjadi pengontrol bagi suaminya.Ketika bayi lahir, Ibu memainkan peranan penting dalam memperkenalkan bayi kepada dunia. Masa depan anak sangat tergantung pada ibu. Sikap, pandangan dan seluruhnya semua diperoleh sang bayi dari seorang ibu. Seorang ibu yang sempurna akan lebih baik dari seribu guru.

Kemampuan berhias diri juga harus dimiliki oleh perempuan macca ini karena dengan menjaga kecantikannya seorang perempuan akan memiliki daya tarik bagi suami.

Memiliki ketiga kualifikasi yang seperti ini tentu tidak mudah, butuh ketelatenan, keikhlasan dan kesabaran serta perjuangan yang berkepanjangan.Hanya perempuan hebatlah yang mampu mengejar, meraih dan mendapatkannya. Dan saya yakin bahwa perempuan Bantaeng jika mempelajari warisan budaya lokal ini akan muncul sebagai perempuan – perempuan hebat di masanya dan akan jadi penoreh sejarah yang membanggakan di masa generasi penerusnya.

Ajaran tentang karakteristik perempuan Bantaeng ini telah saya abadikan dalam sebuah novel sejarah yang berjudul DJARINA (Djarina Karaeng Nino’). Saya merasa bahwa tugas saya sebagai salah seorang perempuan yang ditakdirkan sebagai perempuan Bantaeng sudah sedikit berkurang dengan mengabadikan beberapa kisah dan sejarah berbalut cerita dalam sebuah novel. Novel ke dua saya ini memang saya peruntukkan khusus untuk melengkapi pengabdian saya sebagai perempuan yang lahir, besar dan tinggal di Bantaeng.

Saya berharap generasi penerus saya kelak tidak akan kekurangan referensi tetang siapa dirinya yang sebenarnya, terutama kepada kaum perempuan yang ditakdirkan untuk melanjutkan estafet pengabdian kami sebagai perempuan yang akan melahirkan generasi – generasi cemerlang di masa yang akan datang.

 Ini jalan saya dalam mengabdikan diri untuk tanah tercinta, dan saya yakin dengan pasti bahwa ini belumlah apa – apa, jalan saya masih terbentang luas dan panjang, jalur pengabdian yang saya pilih masih lah sunyi. Namun melalui tulisan – tulisan yang saya rangkai, akan menghadirkan semangat saya pada siapa saja yang membacanya. Semangat yang tidak akan berhenti berkobar meski raga ini tak lagi mendunia.

Mari bersama, berjalan di jalan sunyi ini hingga suatu saat jalan ini bukan lagi jalan yang sepi peminat, tetapi akan jadi jalan pilihan yang selalu menjamin kepuasan akan nikmatnya menjadi seorang pengabdi pada Butta Toa tercinta. MENULISLAH, DAN MULAILAH PENGABDIANMU.

Selamat ulang tahun untukmu tanah tercinta, selamat ulang tahun BANTAENG yang ke 761.


Karya: Atte Shernylia Maladevi


Rujukan:
  1. Disalin dari file Atte Shernylia Maladevi
  2. Pernah terisar di koran "Fajar" Makassar, 17 Januari 2015