Serbuk api jelma cahaya kunang-kunang
berpendar selayang pandang dipenggal jarak
mengapi-api di kegelapan memecah pekat
tapi tak jua menambal lubang gulita yang
menganga di kepala. menggeliat kisah yang
terus menerus meminang ceceran luka aib
dan malu. lebam meraja menjajaki naif
tapak
bulan-bulan api mengepung
Pecah tangis si kecil. membuyarkan sepi
yang
meriap-riap meriang di cangkang paru
lengang harap. tak ada siapa-siapa. ia jejak
khilaf yang harus dicahayai sendirian
memaksa renteng denyar jantung 'tuk
mendetakkan liar semangat sem
lengang harap. tak ada siapa-siapa. ia jejak
khilaf yang harus dicahayai sendirian
memaksa renteng denyar jantung 'tuk
mendetakkan liar semangat sem
esta
curam telanjur lancung begitu liat
mesti dirayapi sepadas apapun pikulan
amanat
Nelangsa huruf-huruf membajui kini
purna pesona likat auranya lingsir
ia tergelincir salah memantik api cinta
di pesisir yang tak berpengharapan
curam telanjur lancung begitu liat
mesti dirayapi sepadas apapun pikulan
amanat
Nelangsa huruf-huruf membajui kini
purna pesona likat auranya lingsir
ia tergelincir salah memantik api cinta
di pesisir yang tak berpengharapan
bulan-bulan bersalin baju berenda lara
bulan-bulan sakit. bulan-bulan api
mendidihkan kesedihan...
Makassar, 10 April 2016
bulan-bulan sakit. bulan-bulan api
mendidihkan kesedihan...
Makassar, 10 April 2016
Karya: Lia Zaenab Zee
Rujukan :
- Disalin dari file Lia Zaenab Zee
- Pernah tersiar di Koran Fajar Makassar, 08/05/2016