Pendongeng

                                                         __Bagi Raedu Basha dkk.

kami percaya, segala yang ditetau kembali tumbuh,
dari segala yang menjulang akan kembali merunduk

kami pun menunggu embun segar di pucuk-pucuk,
dan kemurnian daun-daun tembakau, getah karet

aroma damar, yang tercatat dalam kitab dan traktat,
bau kopi, wangi cengkih, rempah yang beraroma kuat

kami percaya, segala yang ditebas kembali meranggas,
dengan segenap kesungguhan, rebana ini kami tingkah

suara yang akan menggetarkan orang-orang Bhalanda,
gemerincing-gemerinc­ing asahan celurit tanah Madura

kami jaga rimba ini, dengan sepenuh cinta yang tak terkata,
kami tegakkan sekolah-sekolah dari cinta yang pernah tergadai

tak ada pedang di sini,
kami tak suka perang di tanah ini,
tersebab hikayat kami ialah mantera-mantera Sakera

membelah tanah, merandai sungai, menggecak ombak,
menggoyang gelombang di dadamu, di dapurmu yang runtuh

penangkal amuk gunung api di pulau ini, perisai pada perang,
dengan nada sumbang, dari segenap depang dalam dada Sakera

pada suhuf-suhuf kitab sejarah dan peci hitam ini,
ada huruf-huruf dan ayat-ayat tua, yang membela kami

berdesing-desing kata-kata kami, di pucuk-pucuk ombak,
bagai penyair yang mengigal badik jadi kata dalam sajak

dari pulau-pulau timur, dari pulau raksasa, mirip begu yang lapar,
kami mendengar langkah kakinya perlahan-lahan bergegar

ingin melahap tanah ini, ingin menelan semuanya,
lidahnya sudah sampai ke depan pintu rumah kami

kami selalu waspada, orang-orang kota bisa menjelma rupa apa saja,
menelan jembatan, memanggang hutan, membikin pelabuhan, tambang

kami patut meragukan klerek-klerek yang dikirim dari pulau-pulau jauh,
seperti ganas harimau ompong tua yang mengaum hendak menerkam

padahal cinta kami ialah rasa lapar yang tak gentar di depan zending-zending,
meskipun kami kerap dipulun dan dipilin segenap keyakinan nyinyir para penyihir

kami tetap percaya, segala yang ditetau akan kembali tumbuh,
dan segala yang ditebas kembali meranggas, yang menjulang

akan kembali pulang ke haribaan Sakera yang mulia; yang jelata.

                                                                                        Pekanbaru-Padang, 2016

Karya: May Moon Nasution

Rujukan:
  1. Disalin dari file May Moon Nasution
  2. Pernah tersiar di Koran Kompas, 28 Februari 2016