Tiada lagi bunga-bunga yang biasa menghampar di dada puisi
Sesudah tirai biru di jendela ditutup jemari
Yang sering sementara kilau pagi matahari
Adalah kata sambutan yang kita ketahui
Analogi lembar-lembar hitam putih di album foto
Selalu nampak manis
Kenangan terbaik yang pernah kita punya
Namun kita telah berlalu, bukan?
Tak ada yang bisa benar-benar mengajak bergerak ke belakang
Pada waktu yang terus maju dengan langkah-langkah panjang
Kembali kini pada bunga-bunga di jendela
Yang kita kenal akan berubah,
Tak ada kelopak dan tak ada lagi warna-warna
Setelah tirai keemasan diterpa sinar senja
Baru saja digantung dan dibuka
Bersama segalanya
Yang terkubur di dalam relung nostalgia
-Bandung, 27 Juli 2015
Sesudah tirai biru di jendela ditutup jemari
Yang sering sementara kilau pagi matahari
Adalah kata sambutan yang kita ketahui
Analogi lembar-lembar hitam putih di album foto
Selalu nampak manis
Kenangan terbaik yang pernah kita punya
Namun kita telah berlalu, bukan?
Tak ada yang bisa benar-benar mengajak bergerak ke belakang
Pada waktu yang terus maju dengan langkah-langkah panjang
Kembali kini pada bunga-bunga di jendela
Yang kita kenal akan berubah,
Tak ada kelopak dan tak ada lagi warna-warna
Setelah tirai keemasan diterpa sinar senja
Baru saja digantung dan dibuka
Bersama segalanya
Yang terkubur di dalam relung nostalgia
-Bandung, 27 Juli 2015
Karya: Aida Radar
Rujukan:
- Disalin ulang dari karya Aida Radar
- Pernah tersiar di Koran "Fajar" Makassar, Minggu 20 Desember 2015